Home

Thursday, June 26, 2014

Meet Up CardtoPost #1: Untuk Anak-Anak di Pedalaman Aceh

 


Minggu, 13 April 2014
Aku datang sendirian dan dipelataran parkir Benteng Vredeburg sudah ada Mbak Fida dan Mas Juno dengan tas penuh berisi makanan kecil. Setelah didekati, ternyata kami punya teman baru. Namanya Pak Sukma, paling berumur diantara kami, memakai tas ransel hitam, berkaos merah, celana jeans, dan sedang bercerita menggebu-nggebu tentang pengalamannya ke kantor pos baru-baru ini. Pak Sukma heran karena sekarang kantor pos tidak buka lagi di hari Minggu, kami pun menimpali dengan “Loh kan memang hari Minggu kantor pos tutup, Pak.”. Gelak tawa Pak Sukma keluar, ia baru sadar sudah lama tidak berkirim surat.

Tidak lama kemudian Janti datang, Tane, Mbak Ella, juga Wahyi. Karena peserta meet up sudah lumayan, kami pun masuk ke dalam benteng dan mencari tempat paling nyaman untuk guling-gulingan sambil bikin kartu pos. Waktu itu aku membawa bekal gethuk yang dibeli paginya di pasar dekat rumah, kukeluarkan dan langsung dilahap habis teman-teman yang kangen jajanan pasar.

Ditengah kami makan cemilan, Mas Juno mempersilakan Mbak Fida untuk langsung mulai dan menjelaskan proyek apa yang akan kami buat hari itu. Di paling ujung negara kita, di Pulau Sumatera, di pedalaman Aceh sedang ada relawan-relawan Indonesia Mengajar yang berjuang untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia di sana, di tempat yang jauh dari fasilitas serba ada seperti di Pulau Jawa. Mbak Fida meminta kita untuk membuat sebuah kartu pos berisi semangat dan inspirasi untuk anak-anak pedalaman Aceh agar terus bersemangat belajar. Aku yang mampet ide, berpikir keras. Mas Aam di sampingku juga sama. Tapi teman-teman lain sudah mulai mencoreti kertas kosong di depan mereka. Oh iya, sikat gigi yang kami bawa digunakan sebagai kuas. Pertama-tama tuang pewarna makanan ke gelas Aqua bekas lalu campur sedikit air. Celupkan sikat gigi ke warna yang diinginkan, lalu ciprati kertasmu dengan sikat gigi tadi.


Hasil bikinanku sudah gagal dua kali, tiga kali sebenarnya, tapi aku menyerah di percobaan ketiga. Aku membuat kartu pos ‘Jangan Lupa Semangat!’, di belakangnya aku tulisi dengan cerita hobi-hobiku yang aneh-aneh dan kuliahku yang baru menginjak semester dua. Entahlah di mana letak kisah inspiratifnya hahaha. Mas Aam yang tadi mampet ide menggambar gadis yang sedang menari Jawa, pelan tapi pasti menggambar tanpa gagal.


Kami pun berfoto dengan karya masing-masing sebelum kartu kami itu di kirim ke Lhokseumawe. Prangko lima ribuan di tempelkan, alamat telah ditulis, akhirnya ia siap dititipkan ke Pak Pos pembawa surat :) 

No comments:

Post a Comment