Home

Monday, July 16, 2018

Melompat Ke Jakarta

Dua minggu di awal Juli, sedikit waktu untuk memutuskan mengambil sebuah lompatan besar sekali, nekat -tapi juga dengan rumit segala kemungkinannya dihitung oleh kepalaku. 

Segala siap dan ketidaksiapan aku tata rapi dalam koper yang tidak bisa aku angkat sendiri.

Pada titik itu aku mengingat sebuah kutipan sederhana, "...ketika masih ada ibumu, doanya akan membuatmu memenangkan sebanyak apapun hal di dunia ini."

Semudah itu, hingga Tuhan kemudian berkata, "Sekarang waktunya!"

Mamah dengan ringan dan sigap membuat seisi rumahku berpindah kembali ke rumah Uyut, tanpa keluhan, membuatnya senyaman mungkin, pun untuk Emen yang nantinya akan aku tinggal untuk sementara.

Baru sehari di Jakarta. Mungkin Mamah dan kopernya ke tanah suci perlahan sudah terisi, dan Emen yang murung hanya ada di kepalaku. Aku siap berlari lagi. Di hari terakhirku di Jogja, Aga mengajakku kembali mengingat pelarian-pelarianku yang menyenangkan. Terima kasih, Ga!

No comments:

Post a Comment