Home

Sunday, February 12, 2017

Hari Ini.

     Baru saja menangis setelah kutahan-tahan seharian.
   
    Perasaan tidak bodoh. Aku masih yakin itu walaupun saat ini Tuan Kepala sedang mendominasi gerak dan respon tubuhku. Seperti halnya aku dan kamu, alien dari Venus dan Mars, mungkin Tuan Kepala dan Nona Hati sebenarnya adalah pasangan yang serasi. Mereka bertengkar hebat dalam minggu-minggu ini, sampai akhirnya Tuan Kepala aku menangkan. Semua tahu, Nona Hati selalu berhak untuk menang, setidaknya begitu untukku (ya, tipikal Venus). Tapi kali ini pilihanku berbeda. Aku lelah, hanya dengan memilih Tuan Kepala pertandingan ini bisa selesai, setidaknya sementara. Aku juga tidak tahu. Biarkan semua ini menjadi spasi, tanpa tau apakah akan bertemu kembali.

     Entahlah, aku berusaha membuat hari ini seperti yang kamu bilang: Di mana selamat datang selalu sehangat selamat tinggal. Misalnya tersenyum ketika membukakan kamu pintu, tapi gagal. Kamu sama sekali tidak tersenyum, rambutmu basah pun kacamatamu, terkena gerimis yang kamu terobos. Aku berencara menutupi senyuman gagal itu dengan berbicara seperti biasanya, dan membolehkan kamu di sini lebih lama. Tapi, "Hm, aku langsung pamit aja?" katamu. Bahkan 5 menit pun tidak ada. Hanya bayanganku saja, kita duduk di sofa dan mengobrol hangat sekalipun waktu itu sedang bertengkar hebat. 

     Sial aku menangis lagi. Mungkin bencana akan datang besok pagi ketika sembab mataku terlihat dan Mama akan bertanya apa aku baik-baik saja.

     Semarah apapun, sediam apapun aku dan kamu, biasanya semuanya cair dan kembali hangat ketika kamu (atau aku) meraih tangan salah satu dan saling menggenggam erat. Hanya bayangan saja hari ini. Kemudian kamu pergi lagi, membawa zine yang aku belikan untukmu berharap bisa jadi semangatmu ketika sedang malas kuliah. Zine bodoh itu sudah aku bisiki semoga sukses dalam menjalankan tugasnya, tentu saja kalau ia tidak lebih dulu dibuang. 5-8 menit setelah kamu pergi, sebuah pesan masuk ke handphoneku. Sorak sorai kepergianmu tanpa adanya kata-kata perpisahan yang aku benci seketika menjadi senyap berganti gaungan suaramu di dalam kepalaku: "We're done, huh?"

     Dan aku memilih Tuan Kepala kali ini.

     Kamu pergi,
     Bahkan tidak mampir dulu untuk mengelus Emen yang sedang tidur siang.

No comments:

Post a Comment