Home

Tuesday, March 6, 2018

Sedasawarsa


Hampir.

     Dimas merayakan kematiannya dengan pulang ke Karet, berselimut wangi tanah yang begitu ia kenal.

     Lain lagi Julia.
     Ia menginginkan Sabtu pagi lengkap dengan tanah dan rerumputan basah sehabis hujan. Lalu angin hanya bertiup sambil lalu, aroma pandan tercium dari jauh. Tikar digelar, jus jeruk dan wine bergantian dituang. Serombongan kawan datang riang membawa gitar dan berpakaian warna-warni. Mereka kemudian menyanyi dan berdansa di sana. Juga membaca karya Keats dan Plath sampai sore. Menjelang pulang, nisannya mendadak jadi papan kosong tempat menggambar dan tanda tangan bagi semua. Kematian tak ubahnya sebuah piknik.
     
     Shaheryar menggambarkan kematiannya dengan dalam dan sepi,
"Langit mendung. Sedikit gerimis. Hanya ada satu-dua orang yang datang. Meninggalkan bunga di atas nisan. Lalu orang itu akan duduk di sana, di bawah pohon rindang yang menaungi makam. Mungkin melukis, membaca buku, atau bercakap-cakap dengan saya. Daun-daun jatuh di sekitar mata kakinya. Begitu saja."

Sedasawarsa,
     Tanpa pamit dan kembali.
     Aku selalu berdoa untukmu dari sini.

No comments:

Post a Comment